Citra Keanggunan Seni Dunia Dokumentasi

Tuesday 19 February 2013

3 Style Pada Fotografi Wedding

Fotografi wedding mungkin semua orang kenal dengan istilah itu, yaitu mengacu kepada fotografer amatir atau profesional yang selalu memotret acara pernikahan. Tapi tahukah Sobat bahwa fotografi wedding ini ternyata memiliki style atau gaya-nya masing-masing, seperti fotografi tradisional, reportase, kontemporer, dokumenter, photojournalistic, dll . dari semua itu hanya 3 style saja yang sebagian besar diterapkan oleh para fotografer wedding walaupun ada juga fotografer yang menawarkan semua gaya diatas.

1.      Fotografi Wedding Tradisional

Style yang satu ini mungkin sudah akrab di telinga Sobat, dimana fotografer mengambil hampir seluruh kegiatan seremoni mulai dari kedatangan tamu, upacara adat, memotret kedua mempelai hingga foto keluarga dengan gaya lebih formal atau klasik kontemporer.
Sobat tidak mungkin menemukan gaya jingkrak-jingkrak ataupun gaya melompat disini. Style fotografi wedding traditional ini sangat disukai oleh generasi tua, dimana biasanya yang mereka ukur bukanlah unik atau tidaknya suatu foto, namun lengkap atau tidaknya acara pernikahan yang diambil oleh sang fotografer.


2.      Fotografi Dokumenter, Jurnalistik atau Liputan Pernikahan

Style fotografi ini juga sudah mulai diminati oleh para fotografer wedding, karena style dokumenter, jurnalistik atau liputan pernikan ini akan menghasilkan fotografi yang paling emosional dan alami.Style fotografi dokumenter pada pernikahan memiliki gaya informal dibandingkan dengan style fotografi wedding tradisional, karena style ini cenderung memiliki sedikit interaksi secara langsung baik dengan pengantin ataupun tamu. Pemotretan banyak dilakukan secara ‘candid’ karena fotografer akan berusaha menangkap moment pernikahan se-alami mungkin, sehingga mereka jarang menggunakan flash.


3.      Kontemporer Wedding Fotografi

Style ini adalah percampuran antara fotografi wedding tradisional dan fotografi dokumenter, dimana fotografer berusaha mengambil gambar secara formal maupun informal. Mereka akan mencari waktu-waktu tepat untuk mendapatkan gambar secara teratur, dan dilain pihak mereka akan mengatur pengantin dengan berbagai pose untuk mendapatkan gambar terbaik.
Untuk mendapatkan kesan yang berbeda dari fotografi tradisional, biasanya mereka akan mencari sudut pandang tertentu sehingga menghasilkan gambar yang sama sekali berbeda dengan style fotografi wedding tradisional.
Dengan style kontemporer wedding fotografi, akan menghasilkan lebih banyak foto yang nantinya akan digabung dalam beberapa album pernikahan, dan membagi album-album tersebut menjadi beberapa judul seperti acara formal, foto keluarga dan foto pose pengantin.




Tuesday 12 February 2013

Mengenal candid photography

Candid photography adalah seni fotografi yang mengandalkan kepekaan seorang fotografer dalam melihat suatu obyek foto yang menarik dan membidiknya. Obyek foto biasanya tidak ’sadar’ kamera, sehingga hasil foto akan terlihat lebih spontan dan natural. Hasil foto candid biasanya bernilai jual tinggi, terutama yang memiliki moment foto yang bagus.

Fotografi jenis ini sering diidentikkan dengan Papparazi karena cara fotografer mengambil foto tanpa sepengetahuan obyek foto. Namun, ada foto-foto candid yang diambil sepengetahuan objek foto seperti dalam acara pernikahan, ulang tahun atau fotografi jalanan dimana fotografer telah melakukan pendekatan personal terhadap objek sebagai etika sopan santun jika memungkinkan.

Candid photography, dapat dilakukan secara spontan maupun terencana. Misalnya, fotografer sudah tahu ada selibriti yang sedang berlibur di suatu pulau bersama pasangan barunya. Fotografer tersebut mengikutinya dan bersembunyi di semak2, lalu mengambil foto, ini adalah foto candid yang terencana. Sementara foto candid yang tanpa rencana, misalnya snapshot di jalan raya yang kebetulan fotografer lewati dalam sebuah perjalanan. Atau saat fotografer berada di sebuah kawasan wisata melihat sebuah obyek foto yang menarik, lalu secara spontan membidiknya dengan kamera seadanya yang dia bawa.

Menghasilkan foto candid memang perlu ketajaman insting seorang fotografer. Sehingga hasil jepretan candid fotografi memiliki nila seni dan mengandung nilai history yang cukup tinggi. Semakin sering hunting foto, insting seorang fotografer akan semakin terasah.





Sumber : dari berbagai sumber

Thursday 31 January 2013

Tips Fotografi Pernikahan: Contoh & Tips Foto Pose Pengantin Berdua



Berdasarkan pengalaman kami, memotret pengantin berdua itu gampang-gampang susah. Gampang karena pas kebetulan pengantinnya suka di foto, ‘narsis’ atau ‘banci kamera’. hehehe… sehingga kita tinggal jepret saja mereka sudah berpose yang unik dan asik.
Yang paling tidak enak itu, jika pengantinnya kebalikannya. Senyum pun serasa terpaksa. Diminta pose begini atau begitu sulitnya minta ampun. Kadang mereka merasa tidak percaya diri (PeDe) atau malu kalau sudah lihat kamera kita.
Nah, kita bahas sedikit soal pengantin yang sulit di foto ini. Saya ada beberapa tips fotografi pernikahan buat kawan-kawan fotografer pernikahan (wedding photographer) supaya kondisi pengantin seperti apapun tetap bisa mendapatkan gambar yang menyenangkan dan sesuai harapkan kita.

Pertama, kita selaku fotografer harus paham kondisi dan situasi pasangan pengantinnya. Kenali psikologis mereka dengan baik. Langkah awalnya, kita harus mengenalkan diri, melakukan pendekatan, dan ngobrol sebelum acara dimulai atau disela-sela acara berjalan asalkan tidak mengganggu jalannya acara. Komunikasi ini sangat penting. Pengalaman saya, hampir semua klien kami kenal di lokasi karena sebelumnya komunikasi via email, phone, BBM atau facebook. Oleh karena itu, kami harus mengenalkan diri. Yakinlah, bahwa tidak ada pasangan pengantin dan keluarganya yang tidak enak komunikasinya. Tanamkan dalam diri kita selaku fotografer supaya langkah selanjutnya kita terasa mudah.

Kedua, kita harus tau informasi penting mengenai pengantin yang akan kita potret. Pengantin yang agak sulit di foto pasti memiliki alasan mengapa mereka sulit di foto. Entah karena si pengantin wanita sedang menstruasi, tidak PeDe karena jerawatnya sedang bertumbuh subur, atau mungkin karena tidak percaya diri dengan beberapa bagian wajah atau tubuhnya yang dirasa kurang sempurna baginya. Kalau pengantin pria, memang rata-rata kaku dan tidak suka berpose di kamera. Tips-nya, dekati pengantin wanita, minta supaya pasangannya diajak berpose bersamanya.

Ketiga, saya sering menemukan, pengantin berdua sulit berpose, berbagi senyum atau bahkan tertawa karena anggota keluarganya sudah tidak lengkap lagi, entah ibu atau bapak pengantin sudah meninggal salah satunya atau bahkan keduanya. Yang lebih berat lagi adalah, jika pernikahan mereka tidak mendapatkan restu seluruh keluarga besarnya. Ini sungguh-sungguh butuh kesabaran dan pengalaman kita untuk melakukan pendekatan ke mereka.

Keempat, mulailah dari diri kita sebagai fotografer. Kalau kita tidak mau tersenyum atau berbagi tawa dan kebahagiaan bersama mereka, bagaimana klien atau pengantin yang akan kita foto bisa bahagia? Mari kita mulai dari diri kita ya. Nikmati pekerjaan kita. Buang dan lupakan segala sesuatu diluar pekerjaan kita hari itu. Lupakan capek dan lelah demi kepuasan klien kita. Tersenyumlah selalu… :)
Oh iya satu hal lagi.  

Ingat, pada hari pemotretan itu, sebenarnya antara kita selaku fotografer dan pengantin adalah saling membutuhkan. Kita butuh foto yang bagus dan menarik serta enak dilihat oleh siapapun yang melihatnya, pengantin juga sama kan? Nah, dekati dan ajaklah pasangan pengantin berdua untuk merealisasikannya bersama ya… :)



 After Wedding Dini & Imam

Foto Indoor Wisuda









Thaks to Dima & friends

Candid Dita & Didi












                                                             Thanks to Dita & Didi